Apa iming-iming yang diberikan dan apakah korban hanya dari laki-laki atau perempuan?

Untuk iming-iming kebanyakan itu sepele, cuma uang nilai 50 ribu dan dipinjamin handphone untuk main game. Dan si pemilik Yayasan itu nge brainwash anak-anak bahwa yang dilakukan itu adalah bentuk balas budi. Jadi anak-anak ini sudah dari kecil di sana dan mereka tidak boleh kenal sama dunia luar, mereka dibiasakan dengan kegiatan asusila. Jadi setiap hari harus cium pipi kiri pipi kanan, itu sudah menjadi suatu hal yang wajar bagi mereka. Semua korbannya laki-laki hanya ada satu korbannya perempuan dan dia itu relawan.

Bagaimana kondisi anak-anak untuk sekarang ini?

Kalau anak-anak sendiri ini mereka tidak paham kalau mereka menerima pelecehan. Jadi mereka ini belum paham kalau yang mereka rasakan ini pelecehan seksual. Bahkan yang punya trauma sampai gemetar kalau cerita ini para alumni. Jadi mereka baru speak up, sudah puluhan tahun tapi masih trauma, masih membekas di pikiran mereka meski mereka sudah menikah, punya pasangan. Jadi kalau yang saya lihat lukanya itu muncul ketika dia sudah paham, kalau sekarang yang kecil-kecil sendiri masih fine aja mereka.

Hal apa yang pertama kali dirasakan ketika mengetahui kejadian tersebut?

Saya tau ini sebenernya udah dari September saya investigasi ini setelah saya berangkat umrah. Malam harinya dia (pemilik Yayasan) pinjam uang dengan nominal yang besar. Saya kasih dana meski engga sebesar yang dia minta. Setelah itu dia tidak ada kabar, saya datangi ke Yayasan dia bilang dia di fitnah soal kasus pelecehan. Akhirnya mama saya bilang kalau ini benar dan saya dipertemukan sama korban untuk mendengarkan ceritanya.

(Dnd)