Pengakuan Robert terkait pinjaman ini ditanggapi kritis oleh Sekjen Indonesian Audit Watch, Iskandar Sitorus. Kepada cumicumi.com melalui pesan suara, Iskandar mempertanyakan pengakuan Robert terkait pinjaman uang yang diberikan kepada Suparta.

"Katakanlah Robert meminjam uang dari dia, dia tidak perlu sebut untuk apa orang tersebut meminjamkan uang, maka ketika si peminjam tidak menerimanya melalui rekeningnya sendiri, kita tidak layak mempercayai peminjaman itu," ujar Iskandar.

Lebih lanjut, Iskandar juga mengatakan bahwa ketika pinjaman tersebut diberikan melalui rekening korporasi yang nota bene sedang berada dalam perkara korupsi, maka pengakuan Robert terkait pinjaman tersebut patut diragukan. Karena itu, Iskandar meminta penyidik Kejaksaan Agung untuk tetap menyidik Robert.

"Oleh karena diragukan, maka tidak ada lagi upaya lain selain disidik oleh penyidik Kejaksaan Agung. Karena kalau pengakuan bahwa Robert memberikan pinjaman kepada seseorang (red. Suparta) lalu penerimanya adalah rekening PT RBT sementara PT RBT sudah ditersangkakan oleh pihak Kejaksaan Agung, dan dari PT RBT uang pinjaman tersebut mengalir ke dalam siklus kinerja yang terkait dengan tindak pidana korupsi itu, maka posisinya (Robert) adalah pendana," jelas Iskandar.

Berdasarkan logika berpikir terkait siklus peminjaman uang tersebut, dimana Robert disebutnya sebagai pendana, Iskandar menegaskan bahwa posisi Robert sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Harvey Moeis. Karena itu, secara logis Iskandar mempertanyakan kenapa Kejaksaan Agung tidak menetapkan Robert sebagai tersangka sama seperti Harvey Moeis.

"Tidak ada beda posisi Robert dengan Harvey Moeis yang juga mengaku sebagai pendana. Pertanyaannya, kenapa Harvey Moeis jadi tersangka sementara Robert tidak?" kata Iskandar.

Baca di halaman selanjutnya.