Janji Presiden Prabowo memastikan negara hadir untuk memperbaiki gizi nasional, terutama kelas menengah bawah, memang dilaksanakan lewat program Makan Bergizi Gratis (MBG). Namun, di balik program andalannya itu, publik mengendus adanya kesemrawutan, mulai dari tata kelola yang carut-marut, pengawasan yang tidak jelas, hingga pelaksanaannya yang dianggap berantakan. Alhasil, makanan bergizi gratis yang diterima anak-anak sekolah di sejumlah daerah tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Ketidaksiapan itu tercermin dari banyaknya kasus di lapangan. Dan yang terus berulang ialah siswa-siswa yang keracunan makanan. Badan Gizi Nasional mencatat, selama 9 bulan pelaksanaan Makan Bergizi Gratis hingga minggu ketiga bulan September tahun ini, setidaknya sebanyak 4.711 orang atau siswa terdampak kejadian luar biasa akibat keracunan MBG, mulai dari Provinsi Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
Dan yang terbaru, ratusan siswa dari jenjang PAUD hingga SMA/SMK di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, mengalami keracunan yang diduga kuat setelah menyantap menu Makan Bergizi Gratis.
Sontaknya saja, kejadian pilu tersebut mengundang keprihatinan bagi banyak kalangan. Makanan bergizi gratis yang sedari awal bertujuan untuk memperbaiki gizi anak-anak, justru sebaliknya mengorbankan anak-anak. Rasa keprihatinan pun tampak dari Bupati Bandung Barat, Jeje Ritchie Ismail, saat mengunjungi posko penanganan siswa korban keracunan makanan pada Selasa kemarin.
DILARANG MENGGUNAKAN KONTEN CUMICUMI.COM TANPA IZIN