--
“Waktu itu pertama kali saya bersalaman tangan sama tangan Kyai, beliau kasih surat kesaya. Nah, pas lagi kasih surat, tangan saya digaruk-garuk sama dia. Sampai sekarang kalau mau berangkat kerja dia masih garuk-garuk tangan saya,” kenang Hj. Khalilah ditemui di kediamannya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (13/07).
Khalilah pun melanjutkan ceritanya hingga hubungan asmaranya dengan Zainuddin berujung indah di pelaminan. Pernikahan mereka digelar sangat sederhana, bahkan Zainuddin hanya memberikan mahar berupa kalung beserta liontin buah dan Al Quran.
“10 gram emas zaman dulu tahun 1972. Dulu kehidupan kita masih itu ya (masih belum mapan), ya dijual emasnya untuk nutupin rumahtangga waktu itu,” lanjutnya.
Menikah diusia muda membuat ibu 4 anak itu paham betul akan sifat sang suami. Bahkan Hj. Khalilah tahu jika suami tercintanya sangat gemar mendengar lagu India yang dinyanyikan Rhoma Irama dan Elvi Sukaesih. Dan ada satu lagu yang menjadi favorit Almarhum, yakni shalwat yang dilantunkan dari bibir sang istri.
Hj. Khalilah pun menyanyikannya kembali sambil berurai airmata kesedihan. Khalilah memang istri yang sangat setia. Ketika Almarhum terpuruk menjalani hidup dan ingin bangkit menjadi pendakwah, Khalilah dengan setia mendukungnya. Kala itu Almarhum memang terjun ke dunia politik dan berharap kembali ke profesi awalnya sebagai pendahwah.
Sehingga mereka bisa mendapatkan Mercy dalam artis Masjid yang kini terbangun kokoh di sebelah rumah mereka. Masjid yang dijadikan sebagai tempat makam Almarhum karena atas keinginannya sendiri.
“Itu selalu dia dengungkan disetiap mimbar dimanapun. Tidak ada seorang suami sesukses apapun kalau nggak ada wanita hebat di belakangnya. Saya kayaknya ini.., untuk saya atau untuk siapa, ayah kok ngomong selalu begitu. Ya kalau nggak untuk mama, mama nggak bisa apa-apa dong,” kenangnya lagi. (cumicumi@Vin)