Saat ini, masyarakat tengah menanti keputusan DPR atas tuntutan yang disampaikan lewat aksi demonstrasi selama beberapa waktu terakhir. Bahkan belum lama ini sudah ada Gerakan 17+8 Tuntutan Rakyat yang merupakan aspirasi dan desakan rakyat yang beredar pada unjuk rasa dan kerusuhan Indonesia Agustus 2025 di media sosial.

Bukan hanya masyarakat, Deddy Corbuzier rupanya turut bersuara mendukung rakyat meski dirinya masuk dalam jajaran pemerintah Presiden Prabowo Subianto dan wakilnya, Gibran Rakabuming Raka. Tak tanggung-tanggung Deddy meminta para pemangku kekuasaan untuk menepati janji.

"Bapak-bapak di atas saya, masyarakat dan mahasiswa Indonesia beberapa hari ini sudah saling mencegah adanya provokator dll. Demo sudah terukur, sudah saling menjaga NKRI. Jadi sudah saatnya juga negara menjalankan janjinya!" kata Deddy Corbuzier.

Bukan hanya itu, Deddy Corbuzier juga menyinggung tentang RUU Perampasan Aset yang tak kunjung disahkan.

"Kasih tipis-tipis dulu. Yang belum RUU Perampasan Aset. Izin bapak-bapak di atas," bunyi unggahan Deddy Corbuzier.

"Izin bapak-bapak di atas," tambahnya menyenggol para pemimpin di atasnya meski dengan nada lembut.

Namun, disaat Deddy Corbuzier mulai ikut bersuara dan berpihak pada rakyat, dia justru diserang dengan tudingan sebagai buzzer yang dibayar Rp150 juta. Sebagai informasi, dugaan buzzer ke public figure ini bermula saat Jerome Polin diminta mengunggah video dengan tema ajakan damai dengan bayaran cukup fantastis yakni Rp150 juta

"Cair Rp150 juta nggak om? Bertanya dengan nada lembut," komentar netizen.

"Kontraknya udah habis kah om?" komentar netizen lain.

Alih-alih ngamuk, pemilik nama asli Deodatus Andreas Deddy Cahyadi Sunjoyo itu justru menanggapi dengan santai. Sambil bercanda, suami dari Sabrina Chairunnisa itu mengaku menolak Rp150 juta tapi kalau Rp200 juta akan diterimanya.

"200 lah boleh. Lebih ke nombok kalau gue," balas Deddy. (ND)